Pada kesempatan kali ini kami mencoba untuk membahas tentang pemanfaatan Cloud Computing beserta perusahaan jasa layanannya. Cloud Computing? Pasti sebagian dari anda belum pernah mendengar 2 kata itu, jika di artikan secara harfiah kebahasa Indonesia Cloud Computing berarti “Komputasi Awan”. Ada banyak sudut pandang yang mengartikan apa itu Cloud Computing. Dari Wikipedia menjelaskan Cloud Computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet ('awan'). Awan (cloud) adalah metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya.Ia adalah suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet ("di dalam awan") tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Mungkin bagi orang awam, ketika baca penjelasan tersebut masih belum jelas. Untuk itu, kami akan coba menjelaskan-nya dengan bahasa yang lebih mudah dengan analogi dibawah ini.
Tentu kita semua adalah para pemakai listrik dalam kehidupan sehari-hari. Untuk bisa menikmati listrik, kita tidak perlu mendirikan infrastruktur pembangkit listrik sendiri kan? yang perlu kita lakukan adalah mendaftar ke PLN, dan kita tinggal bayar biaya listrik berdasarkan jumlah penggunaan kita tiap bulan. Saat kita butuh daya tambahan karena suatu tujuan khusus (misal-nya kita ada acara nikahan), kita tinggal bilang ke PLN untuk tambah daya, dan suatu saat nanti ketika ingin turun daya lagi, kita tinggal bilang juga ke PLN. Bisa dikatakan penambahan daya listrik ini sifat-nya ELASTIS dan (harus-nya) bisa dilakukan segera. Ketika memakai layanan listrik dari PLN, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan bagaimana PLN memenuhi kebutuhan listrik kita, bagaimana ketika mereka ada kerusakan alat, bagaimana proses perawatan alat-alat tersebut, dsb. Inti-nya kita cukup tahu bahwa kita bisa menikmati listrik dan berkewajiban membayar biaya tersebut tiap bulan, sedangkan PLN sendiri berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan kita berdasarkan level layanan mereka. Nah, analogi PLN diatas, adalah sedikit gambaran Cloud Computing, dimana Cloud Computing ini bertugas untuk memberikan layanan dan kita adalah user/pemakai dari layanan tersebut. Kita tidak perlu pusing memikirkan bagaimana mereka (penyedia layananan Cloud Computing) menyedikan layanan tersebut, yang penting mereka bisa memberikan standar layanan sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Untuk biaya layanan kita tinggal bayar berdasarkan pemakaian. Saat kita butuh tambahan layanan, kita bisa meminta segera penambahan layanan tersebut, dan juga sebalik-nya (ELASTIS).
Berdasarkan jenis layanan-nya, Cloud Computing dibagi menjadi berikut ini:
1. Software as a Service (SaaS)
2. Platform as a Service (PaaS)
3. Infrastructure as a Service (IaaS)
Dibawah ini kita bahas, masing-masing jenis layanan diatas:
- Software as a Service (SaaS) adalah layanan dari Cloud Computing dimana kita tinggal memakai software (perangkat lunak) yang telah disediakan. Kita cukup tahu bahwa perangkat lunak bisa berjalan dan bisa digunakan dengan baik. Contoh: layanan email publik (Gmail, YahooMail, Hotmail, dsb), social network (Facebook, Twitter, dsb) instant messaging (YahooMessenger, Skype, GTalk, dsb) dan masih banyak lagi yang lain. Dalam perkembangan-nya, banyak perangkat lunak yang dulu hanya kita bisa nikmati dengan menginstall aplikasi tersebut di komputer kita (on-premise) mulai bisa kita nikmati lewat Cloud Computing. Keuntungan-nya, kita tidak perlu membeli lisensi dan tinggal terkoneksi ke internet untuk memakai-nya. Contoh: Microsoft Office yang sekarang kita bisa nikmati lewat Office 365, Adobe Suite yang bisa kita nikmati lewat Adobe Creative Cloud, dsb.
- Platform as a Service (PaaS) adalah layanan dari Cloud Computing dimana kita menyewa “rumah” berikut lingkungan-nya (sistem operasi, network, databbase engine, framework aplikasi, dll), untuk menjalankan aplikasi yang kita buat. Kita tidak perlu pusing untuk menyiapkan “rumah” dan memelihara “rumah” tersebut. Yang penting aplikasi yang kita buat bisa berjalan dengan baik di “rumah” tersebut. Untuk pemeliharaan “rumah” ini menjadi tanggung jawab dari penyedia layanan. Sebagai analogi, misal-nya kita sewa kamar hotel, kita tinggal tidur di kamar yang sudah kita sewa, tanpa peduli bagaimana “perawatan” dari kamar dan lingkungan-nya. Yang penting, kita bisa nyaman tinggal di kamar itu, jika suatu saat kita dibuat tidak nyaman, tinggal cabut dan pindah ke hotel lain yang lebih bagus layanan-nya. Contoh penyedia layanan PaaS ini adalah: Amazon Web Service, Windows Azure, bahkan tradisional hosting-pun merupakan contoh dari PaaS. Keuntungan dari PaaS adalah kita sebagai pengembang bisa fokus pada aplikasi yang kita buat, tidak perlu memikirkan operasional dari “rumah” untuk aplikasi yang kita buat.
- Infrastructure as a Service (IaaS) adalah layanan dari Cloud Computing dimana kita bisa “menyewa” infrastruktur IT (komputasi, storage, memory, network dsb). Kita bisa definisikan berapa besar-nya unit komputasi (CPU), penyimpanan data (storage) , memory (RAM), bandwith, dan konfigurasi lain-nya yang akan kita sewa. Mudah-nya, IaaS ini adalah menyewa komputer virtual yang masih kosong, dimana setelah komputer ini disewa kita bisa menggunakan-nya terserah dari kebutuhan kita. Kita bisa install sistem operasi dan aplikasi apapun diatas-nya. Contoh penyedia layanan IaaS ini adalah: Amazon EC2, Windows Azure (soon), TelkomCloud, BizNetCloud, dsb. Keuntungan dari IaaS ini adalah kita tidak perlu membeli komputer fisik, dan konfigurasi komputer virtual tersebut bisa kita rubah (scale up/scale down) dengan mudah. Sebagai contoh, saat komputer virtual tersebut sudah kelebihan beban, kita bisa tambahkan CPU, RAM, Storage dsb dengan segera.
Pemanfaatan Teknologi Cloud
Computing di Indonesia
Di
Indonesia teknologi Cloud Computing telah digunakan walaupun masih dalam skala
kecil dan menengah. Berikut beberapa pemanfaatan teknologi ini:
1.
Penggunaan
Cloud Computing di bidang Kedokteran.
Pada bidang kedokteran penggunaan teknologi cloud
computing seperti halnya pengembangan “Telemedicine”, yakni pelayanan di bidang
kesehatan jarak jauh. Ini berarti bahwa layanan pengobatan yang mencakup semua
bentuk pengobatan yang memanfaatkan media, dimana pasien dan dokter dapat
berkomunikasi jarak jauh. Baik menggunakan telepon seluler, telepon rumah,
internet dan sebagainya. Telemedicine juga didefinisikan sebagai transfer data
medis elektronik dari satu lokasi ke lokasi lainnya via online. Telemedicine
bisa dikatakan sebagai alat yang dapat membantu banyak orang dengan beragam
masalah kesehatan. Sangat banyak manfaat yang ditawarkan dalam penggunaan
Telemedicine, seperti halnya efektivitas waktu, biaya dan tenaga, artinya
pasien tidak perlu untuk jauh-jauh datang ke rumah sakit yang menghabiskan
banyak waktunya di perjalanan, biaya bahan bakar, dan fisik bertahan di tengah-tengah
kemacetan untuk berkonsultasi masalah kesehatan dengan dokter, cukup dengan
memanfaat teknologi informasi seperti halnya email atau bahkan video conference
dan lain sebagainya.
Adapun manfaat lain yang ditawarkan yakni mengatasi
persebaran tenaga medis atau ahli kesehatan, dokter yang sudah professional
yang persebarannya tidak merata disetiap daerah yang ada di Indonesia. Intinya,
dengan Telemedicine, pasien dapat berkonsultasi dan melakukan pengobatan jarak
jauh denga dokter ahli yang ia percayai mampu untuk membantu permasalahannya.
2.
Penggunaan
Cloud Computing untuk Perguruan Tinggi
Contoh Penerapan Cloud Computing untuk perguruan
tinggi adalah Sistem informasi akademik digital merupakan salah satu contoh
penerapan cloud computing. Salah satunya adalah SIAKAD ONLINE. Siakad Online
merupakan penyedia jasa layanan cloud computing khusus di bidang pendidikan
level perguruan tinggi. Pihak kampus sebagai pengguna cukup melakukan
pendaftaran secara online. Setelah mendapat konfirmasi dari pihak penyedia
layanan, pihak kampus dapat langsung menggunakan sistem informasi akademik
dengan fitur-fitur yang telah disediakan oleh penyedia layanan. Sistem ini
menerapkan cloud computing model SaaS.
Penggunaan sistem ini tidak membutuhkan adanya
pembelian server atau pembuatan aplikasi yang begitu rumit. Pengguna juga tidak
perlu memikirkan atau mengeluarkan biaya yang besar untuk pemeliharaan server
dan aplikasi. Semua itu sudah menjadi tanggung jawab pihak penyedia layanan. Dengan
demikian, penerapan cloud computing dapat dijadikan sebagai salah satu solusi
bagi institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan biaya yang
murah. Namun, tentu saja penerapan cloud computing di setiap perguruan tinggi
harus ditunjang juga oleh fasilitas internet karena prinsip dasar dari cloud
computing adalah adanya akses internet. Selain itu, mengenai keamanan data pun
menjadi hal penting yang perlu diperhatikan.
Oleh kerena itu telah menjadi kewajiban pemerintah
sebagai pelayan rakyat untuk membantu dunia pendidikan memenuhi berbagai
kebutuhannya termasuk penerapan atau implementasi sistem cloud computing.
Adanya dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan TI di Indonesia akan
semakin memudahkan dunia pendidikan untuk fokus pada tugas intinya yang telah
dicanangkan dalam konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3.
Penggunaan
Cloud Computing untuk Mendeteksi Gempa
Walaupun
masih dalam pengembangan Teknologi Cloud Computing di Indonesia dimanfaatkan
untuk mendeteksi gempa. Bencana alam, seperti gempa terjadi tanpa terduga dan
tak pernah bisa ditolak. Namun bencana alam tersebut dapat diantisipasi jika
dapat diprediksi sebelumnya.
Prototipe
sistem ini diperkenalkan di acara International Conference on Cloud Computing
and Social Networking 2012, yang merupakan bagian dari e-Indonesia Initiative
(eII) Forum ke-8. Acara yang digelar di Hotel Preanger, Bandung, ini diadakan
selama dua hari, yakni 26 dan 27 April 2012. "Selama ini, BMKG mungkin
telah memiliki sistem pendeteksi bencana alam yang serupa. Alat-alat yang
digunakan pun tidak jauh berbeda, namun, disini kami menawarkan sistem baru,
yakni memanfaatkan komputasi awan," ungkap Sinung Suakanto, salah satu tim
yang membangun sistem ini. Sistem monitoring keadaan lingkungan dan deteksi dini
bencana memiliki tiga peralatan utama, yakni :
a. Sensor
Sensor
berfungsi mendeteksi kondisi udara seperti kandungan CO2, LPG, Carbon Monoxide,
dan menjadi pengontrol kualitas udara. Selain itu, sensor ini juga bisa
digunakan untuk mendeteksi kualitas air seperti kadar pH, oksigen, hingga
menentukan tinggi-rendahnya gelombang air.
b. Remote
Terminal Unit (RTU)
RTU
akan menyimpan data analog maupun digital yang tertangkap oleh sensor dan
diteruskan ke server komputasi awan. Alat ini akan selalu berdampingan dengan
alat sensor dan bertugas meneruskan informasi sampai ke server.
c. Server
komputasi awan
Data
yang dikirim oleh RTU akan disimpan di server komputasi awan. "Selama ini,
sistem pendeteksi bencana belum mengadopsi komputasi awan sehingga
masing-masing wilayah harus memiliki server sendiri. Setelah adopsi komputasi
awan, maka server yang diperlukan hanya berpusat di satu tempat, meski alat
sensor dan RTU berada di seluruh wilayah Indonesia,"
4.
Online
Store (Toko Online).
Pada skala kecil seperti UKM (Usaha Kecil Menengah)
pemanfaatan teknologi cloud computing sudah mulai digunakan Online Store (Toko
Online). Walaupun masih menggunakan versi gratis seperti yang ditawarkan
google.com, yaitu Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum yang diakses
melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di
server. Aplikasi ini adalah Google Docs.
Yang paling popular digunakan adalah Form. Form ini
bisa digunakan untuk form input pemesanan pada toko online. Pemesanan bisa
dilakukan dimana saja dan kita juga bisa melihatnya dari mana dan kapan saja.
Melakukan pengolahan dan cetak dokumen.
5.
Jasa
Penerjemah
Jasa penerjemah bahasa kini dimudahkan dengan
aplikasi gratis dari google yaitu Google Translate sebagai bahan referensi
tambahan ini untuk mempermudah pekerjaannya men-translate sebuah
tulisan/artikel. Sebelum mengenal Google Translate, dulu kita menggunakan
aplikasi Linguist untuk menterjemahkan sebuah tulisan berbahasa asing, kemudian
muncul software lain yang lebih komplit seperti TransTool dan Rekso Translator.
Tapi, sekarang hampir semuanya beralih menggunakan aplikasi online.
6.
Jasa
Komputer.
Jasa computer ini seperti servis computer ataupun
rental computer yang masih marak di Indonesia perkembangan bisnisnya. Beberapa
aplikasi dari pemanfaatan teknologi cloud computing untuk jasa komputer:
·
Antivirus,
walaupun masih belum diketahui keberadaannya mengingat teknologi cloud
computing masih sedikit yang mengetahui. Saat ini hampir semua vendor penghasil
aplikasi antivirus membuat versi web based/online-nya untuk men-scan hardisk
dari virus. Sebagai contoh : Trend Micro, BitDefender, Kaspersky, Avast, ESET,
AVG, F-Secure, Mc Afee dan masih banyak yang lainnya. Salah satu contoh adalah
F-Secure online scanner
·
Aplikasi
CAD Online, contoh AUTOCAD, salah satu bentuk aplikasi yang
sulit dicari persamaan fungsinya bagi pengguna Open Source Software. Berkat
teknologi cloud computing, semua menjadi mudah. Website autocadws telah
menyediakan layanan autocad versi online. Kita diharuskan mendaftar jika belum
punya akun di website tersebut dan mesti login jika harus menggunakan layanan
di dalamnya.
Klik
https://www.autocadws.com/.
·
Photo
Editor Online, Walau tidak senyaman menggunakan Adobe
Photoshop atau GIMP, tapi aplikasi photo editor online ini juga bisa
diandalkan. Program Photo editor identic dengan penggunaan memory yang berat
sehingga akan mengurangi beban memory. Aplikasi ini buatan PIXLR. Silakan
kunjungi link http://pixlr.com/editor/.jika ingin mencoba menggunakannya.
·
Converter
File Online, Aplikasi ini untuk mengkonvert data.
Mengantisipasi jika pengguna jasa komputer mengalami file yang tidak bisa
dibuka di komputer karena tidak ada software yang bisa membukanya. Salah satu
cara praktis tentu saja dengan mengkonvert data tersebut agar bisa dibuka
sempurna dalam komputer kita. Sebagai contoh, kita akan mencetak di sebuah
rental komputer yang menggunakan Windows. Sedangkan kita menggunakan dokumen
dari Open Office yang tentu saja tidak bisa dibuka di komputer Windows. Jika
anda mengalami hal ini dan tidak mempunyai software untuk mengkonversinya,
aplikasi online dari Docspal ini bisa anda andalkan.
Perusahaan Penyedia Layanan Cloud
Computing
Cloud digadang-gadang akan menggantikan konsep PC di
masa depan. Namun perubahan ini tidak akan terjadi begitu saja. Saat ini,
pemain – pemain besar di dunia Cloud Computing tengah berlomba-lomba untuk
mengenalkan Cloud pada masyarakat. Mereka punya strategi dan taktik yang
bermacam-macam; dari mulai membagikan semuanya secara cuma-cuma, hingga
memonopoli semuanya yang berkaitan dengan Cloud. Berikut 10 perusahaan paling
berpengaruh tersebut, lengkap dengan strategi-strategi yang mereka terapkan.
#10:
Verizon memegang mayoritas infrastruktur layanan Cloud di genggamannya.
Tahun
lalu, Verizon mengakuisisi Terremark dengan harga $1.8 milyar. Di dalam
kesepakatan ini, Verizon menarik CTO Terremark: John Considine. Dia dikenal
sebagai pendiri CloudSwitch, sebuah startup yang bergerak di bidang layanan
Cloud. Dari sini, Verizon langsung menjadi salah satu pesaing besar di antara
penyedia telekomunikasi Cloud, berhadapan langsung dengan AT&T. Penyedia
telekomunikasi Cloud seperti Verizon dan AT&T memegang kontrol terhadap
infrastruktur komputasi Cloud dan pipa jaringan yang menghubungkan antara
customer dengan penyedia jasa layanan Cloud. Jadi, bayangkan jika mereka tidak
ada.
CTO
Terremark, John Considine
#9:
VMware menjual software yang digunakan perusahaan besar untuk membangun Cloud
sendiri.
VMware
tidak menawarkan layanan Cloud sendiri. Dia mengembangkan vCloud. Sebuah
software yang memudahkan perusahaan-perusahaan besar untuk membangun Cloud
mereka sendiri. VMware sejauh ini mengklaim setidaknya sudah ada 100 Cloud yang
dibangun dengan vCloud. Verizon salah satunya. Semakin banyak Cloud yang
dibangun dengan vCloud, maka semakin mudah bagi perusahaan-perusahaan untuk
memindahkan software mereka dari satu datacenter ke datacenter lain melalui
VMware dan Cloud yang berbeda-beda.
#8:
Linode adalah layanan Cloud terfavorit versi pengguna Linux.
Ada
banyak sekali metode untuk membangun Cloud. Linode terkenal dengan caranya
sendiri, yaitu harga paten. Cloud dengan harga paten biasanya lebih dikenal
dengan sebutan VPS atau Virtual Private Server. VPS milik Linode dibangun
dengan dasar sistem operasi Linux, dan modelnya banyak ditiru di seluruh dunia.
Sehingga pamor Linode cukup berkibar di antara pengguna Linux. Linode juga
biasanya menjadi pelarian bagi mereka yang sedang mencari alternatif dari layanan
Cloud milik Amazon: Amazon Web Service.
#7:
Salesforce telah lama menyerukan ajakan Cloud.
Salesforce
tidak hanya memberikan contoh pada dunia bahwa software dapat dibeli sebagai
layanan, namun dia juga memiliki salah satu layanan populer yang digunakan
untuk menjalankan aplikasi Cloud milik industri-industri rumahan. Yaitu Heroku.
Salesforce membeli Heroku pada tahun 2010 dengan $212 juta. Sejak saat itu,
banyak developer yang mengelu-elukannya karena kepraktisan yang ditawarkan
Heroku dalam mengirimkan apps mereka ke dalam Cloud. Heroku jadi salah satu
apps yang paling banyak digunakan oleh developer berbasis Ruby, Java, Python,
dan Node.js.
CEO
Salesforce, Mark Benioff
#6:
Citrix System sukses menantang VMware secara langsung.
Citrix
adalah perusahaan lain yang mengembangkan software pembangun Cloud. Citrix
membeli startup Cloud.com sejak setahun lalu dengan harga lebih dari $200 juta.
Dari Cloud.com, Citrix pun mendapat akses langsung ke software Cloud berbasis
open source. Software ini kemudian dilempar ke Apache Foundation, sebuah
kelompok non-profit yang sukses mengembangkan banyak sekali proyek-proyek
berbasis open source. Dari sinilah kemudian CloudStack lahir. Hingga kini,
tersedia pilihan antara membeli vCloud milik VMware atau mendapatkan CloudStack
secara gratis. Meskipun tentu saja, Citrix juga punya versi komersialnya
sendiri. Namun dengan memasarkan CloudStack, secara tidak langsung akan
membantu kompetisi Citrix melawan VMware.
#5:
Red Hat mengembangkan aplikasi secara sukarela.
OpenShift
milik Red Hat adalah salah satu produk yang cukup kontroversial. Mengingat
keberadaannya justru untuk memperkuat produk milik penyedia Cloud yang sama
sekali tidak berkaitan dengan Red Hat. Yaitu Amazon Web Service. Keberadaan
OpenShift memang difungsikan agar para
pecinta Linux bisa dengan mudah mengirimkan aplikasi mereka ke dalam layanan
Cloud milik Amazon itu. OpenShift pada dasarnya merupakan pesaing dari Heroku,
yang mana digunakan untuk mengirimkan aplikasi berbasis Java, Ruby, PHP, Perl,
dan Python ke dalam layanan Cloud. Namun tujuan utama dibuatnya OpenShift
adalah untuk menunjukkan bahwa teknologi Red Hat juga mampu bersaing dengan
VMware. Demikian kata Jackie Yeaney, wakil presiden eksekutif Red Hat.
#4:
Google terlahir di Cloud.
Google
melakukan banyak hal di dalam dunia Cloud. “Google App Engine” salah satunya.
Layanan ini merupakan opsi lain yang cukup populer sebagai tempat bagi para
developer untuk menitipkan aplikasi (Java & Python) mereka. Atau baru-baru
ini ada “Google Drive”, yang kemudian menjadi saingan kuat bagi layanan
penyimpanan berbasis Cloud seperti Dropbox dan Microsoft SkyDrive. Dan Google
tampaknya tidak akan pernah berhenti bereksperimen di dunia Cloud. Misalnya
melalui pengembangan “Google CloudPrint”, “Google Cloud Storage”, hingga
pengembangan ChromeOS; sebuah konsep futuristik yang berlandaskan pada ide
tentang bagaimana sebuah komputer mampu menjalankan setiap aplikasi dari Web
tanpa harus install dulu di komputer.
#3:
Microsoft datang terlambat, namun mereka mampu membangun pasar dengan cepat.
Microsoft
juga punya layanan Cloud besar untuk kelas enterprise. Yaitu Azure. Layanan ini
telah lama dinantikan oleh jutaan developer yang terlanjur menulis aplikasi untuk
platform Microsoft. Azure menawarkan sejumlah fungsi menarik. Contohnya Media
Services untuk streaming video. Selain itu, Microsoft selalu memastikan agar
Azure dapat bersaing secara harga dengan layanan Amazon. Sehingga harga layanan
Azure tidak terpaut jauh dari layanan Cloud milik Amazon. Rumor yang beredar
bahkan menyatakan bahwa Azure sebentar lagi juga akan mendukung sistem operasi
Linux, sehingga dapat dipastikan bahwa persaingan mereka dengan Amazon akan
semakin memanas.
Steve Ballmer dan Bill
Gates
#2:
Rackspace memimpin koalisi besar untuk software Cloud gratisan.
Rackspace
tidak ingin membayar perusahaan seperti VMware untuk mendapatkan software yang
tidak mampu mereka kontrol sendiri. Maka mereka bekerjasama dengan NASA. Dan
mengembangkan software pembangun Cloud yang luar biasa: OpenStack. RackSpace
kemudian menggandeng semua pemain Cloud di dunia, di mana lebih dari 160 di
antaranya bersedia ikut serta. Mereka bersama-sama menggarap sistem OpenStack
agar unggul, dan tetap gratis. Dari sini, RackSpace berhasil berkompetisi
dengan vCloud VMware dan CloudStack Citrix (meskipun rupanya Citrix merupakan
salah satu peserta yang ikut serta berkontribusi dalam pengembangan OpenStack).
#1:
Tentu saja Amazon.