AFF menyebabkan masyarakat Indonesia demam sepak bola, euphoria AFF sangatlah mempengaruhi warga Indonesia untuk menyaksikan kesebelasan Favoritnya bertanding. Dari masyarakat menengah ke atas dan menengah ke bawah ingin ikut serta dalam mendukung Timnas Indonesia. Mereka tak ragu untuk merogoh kantong dalam-dalam, karena untuk sebuah tiket VVIP di Stadion Glora Bung Karno di bandrol sebesar 1-1.5jt selain harganya selangit untuk sebuah tiket sepak bola tiket-tiket tersebut juga biasanya sudah di booking oleh pihak-pihak lain seperti anggota dewan dan lain-lain. Kekacauan juga sering terjadi dalam pengantrian tiket di loket-loket penjualan. Banyak masyarakat yang berniat menonton pertandingan Tim Favoritnya, tapi mereka pulang dengan tangan kosong karena sudah kehabisan tiket. Kita bandingkan saja dengan Malaysia, mereka hanya membagi 2 jenis tiket yaitu tribun dan VIP dan hanya di bandrol sekitar 80.000,- untuk 1 tiket tribun dan 160.000,- untuk tiket VIP. Walaupun euphoria mereka juga besar untuk menonton, tapi loket-loket penjualan tiket tidak lah ricuh dalam mengantri. Sedangkan di Indonesia, untuk putaran final kita membandrol dari 150.000,- sampai 1.500.000,- lagi pula warga mengeluhkan bahwa fasilitas stadion tidak sebanding dengan apa yang mereka bayangkan dengan harga tiket yang mahal itu. Terlebih juga pembelian tiket via online, padahal baru di buka website tersebut tapi kebanyakan tiket sudah “sold out”. Apa yang salah dengan Indonesia? Apakah panitia pelaksananya ataupun masyarakat itu sendiri? Tapi kenapa tiketnya mahal sekali? Ketua PSSI menjawab bahwa tiket mahal karena pendapatan PSSI tidak bisa menutupi pengeluarannya sehingga PSSI membandrol harga tiket itu selangit. Tapi apakah tidak ada bantuan dari pemerintah ataupun sponsor?? Mungkin dengan tidak termanage dengan benar AFF menjadi kurang greget. Apa mungkin muncul gayus-gayus kecil di kubu PSSI?? Wallahualam…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar